Dengan menggeluti seni Karawitan orang mudah menguasai Unsur baku “ngeng”-nya suatu gending, menguasai tembang gerongan maupun sindenannya, bawa-swaranya dan lain sebagainya. Tembang-tembang yang baku itu adalah Macapat, baik Kinanthi, Asmaradana ataupun Dhandhanggula dan sebagainya. Demikian pula apabila kita mencermati seni pedalangan (wayang kulit), disamping ada suluk dan odo-odo ada pula unsur baku lainnya, yaitu : tembang macapat untuk gerongan dan isian gara-gara serta adanya wejangan orang tua kepada satria.
Terlebih dahulu lagi dalam kesenian ketoprak. Para pemain baku harus dapat menguasai tembang macapat yang biasanya diiringi dengan gamelan. Disamping itu harus terampil melagukan dan cekatan mengarang tembang Asmaradana, Kinanthi, Pucung dan lain-lain untuk “bage-binage” atau “gandrung”. Demikian pula dalam pentas kesenian tradisional lainnya : Jatilan, Wayang Orang, Slawatan Jawi (Montro, Genjring, Mondreng dan lain-lain), Srandul, Brambangan dan sebagainya. Tembang Macapat merupakan unsur baku, lebih-lebih dalam Langen Mandra Wanara dan sejenisnya (Langentaya, Purbawanara, Langendriya dan lain-lain).
Posting Komentar